Pengalaman Seleksi Beasiswa Monbukagakusho/MEXT S1 2020

Haloo, assalamualaikum temen-temen, selamat datang di blogku! Salam kenal, namaku Bariq. Di post pembuka ini, aku mau cerita tentang pengalamanku ikutan seleksi Monbukagakusho 2020.

Jadi, beasiswa Monbukagakusho/MEXT ini ditawarkan oleh Pemerintah Jepang buat pelajar-pelajar di luar Jepang untuk melanjutkan studinya ke Negeri Sakura. Jepang memang punya target untuk menghadirkan 300.000 pelajar asing di Jepang di tahun 2020. MEXT menyediakan beasiswa untuk berbagai tingkat pendidikan, mulai dari lulusan SMA hingga lulusan S2. Berhubung aku baru lulus SMA di tahun 2019, aku punya tiga pilihan program:

  1. Undergraduate/Gakubu: setara dengan S1, masa studi 5 tahun
  2. College of Technology/Kosen: setara dengan D3, masa studi 4 tahun
  3.  Specialized Training College/Senshu: setara dengan D2, masa studi 3 tahun

Dari total masa studi itu, 1 tahun pertama dipakai untuk belajar Bahasa Jepang di sekolah bahasa yang terletak di Osaka/Tokyo (tergantung nanti ditempatin di mana), karena nantinya bahasa pengantar untuk perkuliahan adalah Bahasa Jepang. Beasiswa ini merupakan full scholarship, jadi biaya kuliah kita (termasuk sekolah bahasa) akan ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Jepang. Awardee beasiswa S1, D2, dan D3 juga bakal diberi tunjangan sebesar ¥117.000/bulan (sekitar Rp15 juta/bulan). Selain itu, biaya pembuatan visa pelajar dan tiket PP di awal dan akhir masa studi juga akan ditanggung oleh MEXT. Untuk info lengkapnya, kalian bisa cek di sini.  Okee, selanjutnya aku akan jelasin tahapan-tahapan dari seleksinya, ini berdasarkan pengalamanku yang apply beasiswa di tahun 2019 untuk keberangkatan tahun 2020, jadi di tahun kalian apply mungkin ada sebagian hal yang agak beda.

Tahap 1: Seleksi Berkas

Rangkaian seleksi yang panjaaaang ini dimulai dari seleksi berkas yang dibuka di pertengahan Mei 2019. Waktu itu aku sempet bimbang mau milih program yang mana dari ketiga program di atas. Dari blog-blog penerima beasiswa sebelumnya yang kubaca, katanya persaingan untuk mendapatkan beasiswa S1 itu lebih sulit daripada program lainnya, ini bikin aku ragu buat ambil S1, padahal itu program yang paling aku inginkan. Setelah nimbang-nimbang dan mikir untuk beberapa hari, aku memutuskan dan bertekad buat ngejar beasiswa S1. Sekalipun gagal, paling enggak waktu itu aku udah dapet kuliah di Indonesia.

Awalnya, aku daftar online dulu dari link yang ada di website kedutaan. Aku ngisi identitas (nama, alamat, SMA, dll) dan juga nilai UN, isi aja dengan teliti dan jujur. Aku juga disuruh milih lokasi ujian tulis, aku ambil di Jakarta. Selanjutnya, aku dapet e-mail konfirmasi dari kedutaan yang juga berisi nomor pendaftaran, nomorku AJ0923. Nomor pendaftaran ini jangan sampai hilang, kalau perlu kalian tulis di kertas (dan jangan sampe lupa kalian taruhnya dimana) karena nomor itu akan sangat berguna untuk tahap-tahap selanjutnya. E-mail ini kuprint karena nantinya bakal dibutuhkan untuk berkas.

Di application form, aku mengisikan identitas, menjawab pertanyaan-pertanyaan di app form, dan 3 prodi yang ingin kupilih beserta alasannya, dimulai dari yang paling kuinginkan, mirip dengan SNMPTN/SBMPTN. Kalian yang mau lintas jurusan, misalnya di SMA jurusan kalian IPA, diizinin buat ngambil jurusan IPS, begitu juga sebaliknya. Tapi tetap harus memperhatikan ketentuan yang ada di web kedutaan. Waktu itu aku ngisi:

  1. Mechanical Engineering
  2. Metallurgical Engineering
  3. Maritime Engineering

Waktu itu juga diminta untuk nempelin pas foto di app form itu, untungnya masih ada CD dari foto sekolah jadi aku nggak perlu dateng ke tukang foto lagi. Selanjutnya, aku juga disuruh melampirkan SHUN, Ijazah, dan surat rekomendasi dari kepala sekolah/guru. Waktu itu pertengahan Mei, nilai UN baru aja keluar, SKHUN dan ijazah resmi belum keluar jadi aku perlu minta Surat Keterangan Lulus Sementara dari sekolah yang mencantumkan nilai UN-ku dan pernyataan bahwa aku udah lulus. Oh ya, untuk program S1, syarat rata-rata UN minimal (tidak termasuk bahasa Indonesia) adalah 84. Sedangkan untuk D3 dan D2 rata-rata UN minimalnya 80. Selain itu, aku juga diminta untuk melampirkan surat rekomendasi dari sekolah, boleh dari kepala sekolah atau guru yang kenal kalian dengan baik. Alhamdulillah waktu itu sekolah sangat mendukung dan membantuku menyelesaikan dokumen-dokumen tersebut tepat waktu. Berkas kubuat dan kususun sesuai dengan panduan yang diberikan kedutaan.

Oh ya ngomong-ngomong, aku tinggal di Kota Bontang, Kalimantan Timur dan pada waktu itu aku perlu segera ke Jatinangor untuk pendaftaran perkuliahan. Jadi seluruh berkas yang akan kukirim kubawa dulu ke Jatinangor, baru aku kirimkan ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta lewat kantor pos. Inilah penantian pertama dari banyak penantian yang menunggu nanti, di web kedutaan disebut hasil seleksi berkas akan diumumkan pada tanggal 1 Juli 2019. Tips untuk tahap ini, isi semua dokumen dengan teliti dan jujur, pastikan tidak ada yang terlewat, sesuai dengan instruksi di web kedutaan. Karena seleksi awal ini menekankan pada nilai UN, jadi usahakanlah untuk dapetin nilai UN setinggi-tingginya. Jika kalian mengisi alasan-alasan yang ditanyakan di app form, isilah dengan kata hati kalian dan gak perlu dikarang-karang, coba kalian pelajari dan pahami apa tujuan Jepang memberikan beasiswa ini. Jangan sampai menyesal dengan pilihan prodi yang kalian tuliskan kalo sampai diterima.

Tahap 2: Persiapan dan Pelaksanaan Ujian Tulis

Aku mulai belajar untuk ujian tulis sejak berniat daftar monbu. Soalnya, kalo baru belajar setelah pengumuman hasil seleksi berkas, waktunya gak bakal cukup (kecuali kalian jenius). Waktu itu pengumuman tepat waktu, tanggal 1 Juli 2019 sore hari, ada sekitar 200-an orang peserta gakubu yang lulus dan ambil tes di Jakarta. Alhamdulillah nomorku termasuk dalam daftar nomor yang lolos itu. Aku download soal-soal tahun sebelumnya biar paling nggak bisa tau gambaran soalnya gimana. Untuk kluster jurusan yang kupilih, aku perlu ikut ujian matematika, fisika, kimia, bahasa inggris, dan bahasa Jepang. Semua soal dalam bahasa Inggris, (tentu saja) kecuali ujian bahasa Jepang.

Untuk matematika, setelah coba ngerjain soal-soalnya aku masih ngerasa kurang bisa. Yang aku bisa kerjain mungkin cuma 3/5 dari semua soal yang ada. Memang aku gak merasa kesulitan dengan matematika di sekolah, tapi soal-soal monbu ini katanya mengacu ke silabus EJU, jadi ada sebagian materi yang aku belum pernah aku pelajari sama sekali. Untuk sumber belajarnya, aku pakai buku Kalkulus-nya Purcell yang juga merupakan buku pegangan kalkulus di kuliah nanti (sekalian ngintip & ngambis sejak dini). Aku juga belajar dari youtube dan salah satu channel yang bahas soal monbu namanya NAOTEMPROBLEMAS. Dia ngomongnya bukan dalam bahasa inggris sih, tapi dari tulisan tangannya lumayan bisa dipahami. Semua soal tahun-tahun sebelumnya yang aku gak ngerti cara ngerjainnya kucari pembahasan dan materi yang terkait di internet. Lambat laun hampir seluruh soal monbu sudah ketemukan pembahasannya. Oh ya, matematika monbu itu dibagi jadi matematika A (untuk IPS) dan matematika B (untuk IPA).

Untuk fisika, kebanyakan soal aku lumayan paham cara ngerjainnya, tinggal beberapa soal yang aku perlu pelajari lebih lanjut. Kalau dilihat-lihat, kebanyakan soal monbu itu menekankan pada pemahaman materi, bukan ngafalin rumus. Banyak soal yang perintahin kita untuk menurunkan formula untuk mencari variabel ini dan itu. Untuk sumber belajar, aku pakai buku Fisikanya Halliday. Aku coba review sekilas buku itu dari awal sampai akhir (walaupun gak selesai juga sih). Channel Youtube yang bisa kurekomendasiin: Michael van Biezen dan Walter Lewin.

Buat kimia, aku juga lumayan bisa ngerjainnya (gak sebisa fisika tapi gak secupu matematika). Untuk textbooknya aku pakai Chang, tapi jarang kupake juga sih. Aku lebih sering nonton channel youtube yang namanya “The Organic Chemistry Tutor”, dia bener-bener membantu. Oh ya, dia juga bikin video tentang fisika dan matematika, jadi kalian bisa coba nonton videonya. Untuk monbu kimia itu banyak kimia organiknya, jadi coba kalian pelajari lebih mendalam tentang materi itu.

Selanjutnya bahasa inggris, aku nggak banyak nemuin masalah di sini. Soal-soalnya mirip TOEFL (tapi nggak ada listening ya). Soal-soal yang perlu diwaspadai kayak mencari kesalahan dalam suatu kalimat, biasanya ada juga bagian dimana kalian disuruh menjawab pertanyaan berdasarkan bacaan panjang, jadi coba belajar skimming biar nggak banyak membuang waktu. Banyak-banyak latihan aja (demikian juga dengan mapel lainnya).

Terakhir bahasa Jepang, aku gak bisa dan gak belajar sama sekali. Karena menurut blog-blog yang kubaca, untuk yang milih jurusan IPA, bahasa Jepang itu gak terlalu dipertimbangkan, jadi cukup maksimalkan di mapel lainnya (kalau bisa bahasa Jepang sih itu bonus yang bisa meningkatkan kemungkinan kalian diterima). Lain halnya jika kalian milih jurusan IPS, mapel ini jadi faktor penting untuk menentukan diterima nggaknya aplikasi beasiswa kalian.

Oke lanjut, jadi ujian tulisnya itu dua hari, tanggal 9-10 Juli 2019 di Pusat Studi Jepang UI di Depok. Sehari sebelumnya aku udah tiba di Depok buat survei jalan dan berapa waktu tempuh dari tempat aku nginep ke lokasi ujian. Kebiasaanku sehari sebelum dan di hari ujian besar, ngga belajar terlalu keras biar nggak malah nge-blank waktu ujian. Cukup baca-baca sekilas dan ngerjain satu dua soal buat pemanasan.

Hari pertama ujian, mapelnya kimia dan fisika, dimulai pukul 14.00. Aku waktu itu ke PSJ jalan kaki, karena emang gak terlalu jauh (kurang lebih 1 kilo). Sampe di sana, udah banyak peserta yang nunggu dipanggil panitia. Aku datengnya sendiri ke sana karena emang gak ada kenalan yang ikut seleksi ini juga. Biar gak plonga-plongo dan nampak ansos, aku coba cari anak-anak yang ngumpul buat ngobrol. Aku coba nyamperin dan kenalan sama anak-anak yang kayaknya gak satu sekolah. Ternyata 2 diantara mereka satu sekolah, dari Jogja. Satu lagi dia logatnya keinggris-inggrisan, dan bener aja dia dari kecil sekolahnya di Kanada. Ada satu lagi yang dateng setelahku, terus aku kok ngerasa kayak pernah liat. Setelah ngobrol bentar dan coba nginget-nginget, ternyata dia pernah satu meja makan sama aku di OSN Padang (dia ikut OSN matematika). Dari kejadian itu, aku makin sadar kalo seleksi ini gak akan mudah.

Setelah ngobrol-ngobrol dikit, seluruh peserta dipanggil masuk ke gedung auditorium buat dicek identitasnya. Setelah itu kami masuk ke dalam gedung utama dan duduk sesuai nomor peserta yang ada di kursi. Di dalam, sudah ada 3 orang yang menunggu di panggung: 2 pegawai Kedutaan Jepang bagian pendidikan dan seorang bapak-bapak Jepang yang merupakan perwakilan dari MEXT. Setelah briefing bentar, ujian kimia pun dimulai, waktunya 1 jam.

Aku baca sekilas soal-soalnya, ada pilihan ganda dan essay. Dua halaman pertama gak terlalu sulit, tapi di soal kristal dan kimia organik, aku gak yakin bisa ngerjain maksimal. Oh ya, untuk seluruh rangkaian ujian monbu ini tidak diperkenankan menggunakan kalkulator. Ya lumayan, gak banyak jawaban ngasal, tapi siapa yang tahu berapa banyak anak imba yang mungkin duduk di kanan kiriku?

Setelah istirahat 20 menit, dilanjutkan ujian fisika. Durasinya sama, 1 jam, seluruhnya pilihan ganda. Ada sekitar tiga soal yang aku masih belum selesai ulik sampe waktu mau habis, akhirnya tembak deh. Begitu selesai langsung pulang buat istirahat karena besok ada 3 mapel dan mulainya jam 8.30 pagi.

Besoknya, ujian bahasa inggris, matematika, sama bahasa jepang. Prosedurnya sama seperti hari sebelumnya. Di ujian bahasa inggris, aku lumayan lancar ngerjainnya. Setelah itu lanjut matematika…

Soalnya full essay. Sampai waktu mau habis, aku baru mampu ngerjain mungkin 50%-75% dari semua soal matematika itu, sisanya kujawab pake cara ngawur. Aku ngerasa soalnya bener-bener lebih sulit dari soal-soal tahun sebelumnya. Menurutku ujian matematika monbu paling berat dibandingkan mapel lainnya (tentu saja kecuali buat anak yang pernah olim matematika).

Terakhir, bahasa jepang, seluruhnya pilgan. Kalo gak salah, soalnya dibagi jadi 3 bagian: beginner, intermediate, advanced. Yang kulakukan dan tipsku buat yang gak ngerti jepang dan gak ada niat buat belajar: karena pilgan, pilih opsi A aja untuk semua soal sebagai tanda menyerah. Ini satu-satunya mapel yang durasinya 2 jam, aku udah bayangin bakal clingak-clinguk aja selama dua jam itu. Untungnya, panitia ngizinin untuk meninggalkan ruang satu jam setelah ujian dimulai.

Tahap 3: Wawancara

Fast forward ke pengumuman ujian tulis, tanggal 2 Agustus 2019, ada 30 peserta gakubu yang lolos. Alhamdulillah nomor ujianku ada lagi di pdf pengumuman. Wawancara akan dilaksanakan di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, tanggal 13 Agustus 2019 untuk program Gakubu. Dalam pdf pengumuman, ada instruksi dari kedutaan untuk mempersiapkan dokumen tambahan (Medical certificate, dll.). Berhubung tanggal pengumuman ujian tulis (15 Agustus) mepet sama deadline pengumpulan berkas bagi peserta yang lolos wawancara (20 Agustus), kedutaan nyaranin buat nyiapin dokumennya dari sekarang. Waktu itu awal Agustus, jadi udah berlangsung kegiatan-kegiatan orientasi dari ITB kayak OSKM dan SMPE SSDK. Buat bikin surat kesehatan dan wawancara di Jakarta, aku izin dua hari dari kegiatan tersebut. Untung syaratnya gak terlalu berat, cukup bikin surat izin dan kirimkan ke rektorat.

Buat persiapan wawancara, aku nyari-nyari pertanyaan yang kemungkinan bakal ditanyain dari blog-blog penerima monbu. Katanya biasanya wawancara itu dalam bahasa Inggris, kalau bisa bahasa Jepang lebih bagus lagi. Aku juga nyiapin jawabannya dan ngelancarin ngomong inggrisku. Aku berangkat naik kereta dari Bandung naik kereta sore hari sehari sebelum wawancara, jadi sampe Jakarta udah malem.

Menurut jadwal, wawancara dimulai jam 8.30 pagi. Tempat nginepku gak terlalu jauh dari kedutaan, cukup jalan kaki 15-30 menit udah sampe. Di kedutaan, baru ada sedikit peserta yang dateng. Peserta yang lain satu persatu dateng, kita kenalan dan ngobrol-ngobrol biar gak terlalu tegang. Abis itu, kita semua dipanggil staf wawancara untuk masuk ke ruang aula yang ada di dalam gedung kedutaan. Kita diberi briefing yang sebagian besar menjelaskan tentang keperluan dokumen dan wawancara nanti. Stafnya ngejelasin kalo wawancara nanti itu bukan satu per satu peserta yang masuk ke ruang wawancara, tapi kita akan dibagi menjadi beberapa kelompok (per kelompok sekitar 5 orang) yang akan diwawancara dalam satu sesi/giliran secara bersamaan.

Kelompokku dapat giliran ke-3, jadi masih ada waktu buat persiapan dan ngobrol sama peserta-peserta lainnya. Waktu sampai giliran kelompokku, kami dibawa ke ruang wawancara yang ada di lantai berbeda. Pengamanan di kedutaan lumayan ketat, bahkan ada beberapa pintu yang kami lewati yang hanya bisa dibuka dengan kartu khusus yang dibawa staf kedutaan. Kami menunggu sebentar di ruang tunggu di sebelah ruang wawancara, karena kelompok sesi 2 masih diwawancara.

Tiba waktunya dipanggil untuk wawancara, waktu itu ada 3 pewawancara. Satu bapak-bapak Jepang yang dulu pernah menyambut saat ujian tulis di Jakarta, dan ada dua ibu-ibu yang rupanya merupakan alumni penerima beasiswa MEXT. Jadi saat pewawancara bertanya, peserta di ujung kiri meja ditanya lebih dulu, baru ke sebelah kanannya dengan pertanyaan yang sama. Kadang juga ada jawaban peserta yang bikin pewawancara tertarik, jadi ada pertanyaan khusus buat dia. Kebetulan aku duduk di ujung kanan, jadi ditanya paling akhir. Ada plus minusnya sih, bagusnya aku bisa mempersiapkan jawabanku dengan lebih matang, minusnya aku mesti mikir gimana caranya biar jawabanku itu gak terasa cuma nyontek dari jawaban peserta sebelumnya. Seingatku, ini inti pertanyaan-pertanyaan waktu itu:

  1. Perkenalkan dirimu!
  2. Bisa bahasa Jepang?
  3. Kalo ada waktu luang, kamu ngapain aja?
  4. Kontribusi apa yang bisa kamu beri untuk Indonesia dan Jepang jika dapat beasiswa ini?

Ya, pertanyaannya gak terlalu sulit, yang penting jawabannya jangan aneh-aneh dan apa adanya aja. Setelah itu sebenernya udah boleh pulang, tapi aku sama beberapa peserta lain dateng ke perpustakaan kedutaan buat liat-liat buku. Kita foto-foto di depan kedutaan, tapi karena satpam kedutaan ngelarang kita buat foto dengan background kedutaan, kita jadinya foto pake latar kantor Pertamina di sebrang jalan wkwkwk.

Tahap 4: Nunggu (lagi)

Dua hari kemudian, di pinggir lapangan SR menjelang siang di saat hari pertama OSKM, HP-ku bunyi. Ternyata ada notif e-mail dari kedutaan, 17 peserta gakubu lolos, alhamdulillah lagi-lagi nomorku ada di pdf itu. Sore harinya aku langsung nyiapin dokumen-dokumen buat dikirim karena tanggal 19 Agustus udah harus sampe di kedutaan. Waktuku banyak habis buat ngerapiin jawabanku untuk pertanyaan-pertanyaan yang ada di application form, berhubung ini adalah usaha paling akhir, jadi harus dimaksimalkan. Aku juga ngubah pilihan jurusanku jadi tinggal dua pilihan:

  1. Mechanical Engineering
  2. Metallurgical Engineering

Berkasku dan berkas peserta-peserta lainnya akan dikirim ke Jepang untuk final screening oleh MEXT, bersaing dengan peserta dari negara-negara lainnya.

Aku ngerasa usahaku selama ikut seleksi beasiswa ini ada yang maksimal dan banyak juga yang kurang. Usaha yang masih bisa dilakukan di masa menunggu itu banyak berdoa dan tawakal. Aku juga berusaha gak terlalu mikirin, lagipula banyak kesibukan di kampus yang juga perlu jadi perhatian. Kelas, kuis, praktikum, UTS, tubes, dan UAS kujalani kayak mahasiswa lainnya.

Udah 3 bulan sejak wawancara. Memasuki bulan November, grup line monbu mulai rame dengan spekulasi kapan pengumuman final muncul. Kalo tahun sebelumnya, pengumuman itu tanggal 29 November, jadi seharusnya gak jauh-jauh dari hari itu. Eh ternyata sampe November udah abis, pengumuman belum juga sampe di e-mail masing-masing. Di grup facebook applicant monbu internasional juga belum ada kabar tentang pengumuman dari MEXT di negara lain.

Prediksi berikutnya, minggu depannya, awal Desember, ternyata belum muncul juga. Minggu kedua Desember pun juga sama. Awal Desember itu baru aja selesai UTS 2, jadi aku balik ke Kalimantan. Minggu ketiga Desember hari Selasa, baru muncul titik terang, ada orang yang bilang di grup facebook kalo di negaranya hasil final screening udah diumumkan. Jadi kalo orang itu gak nge-prank, harusnya pengumuman di Indonesia gak lama lagi.

Siang hari tanggal 18 Desember 2019, abis dzuhur, HP-ku berdering terus. Ternyata banyak pesan yang muncul dari grup monbu, di bawahnya ada notifikasi e-mail yang nama pengirimnya gak asing:

“BEASISWA”

Pokoknya, apapun hasilnya, ini udah takdir dan mesti terima, yakini aja itulah yang terbaik.

Aku klik e-mailnya, kubaca sekilas pesannya, kubuka pdf pengumuman yang ke-attach di situ. Di halaman 1 ada instruksi untuk peserta yang lolos, kemudian kuscroll ke halaman 2:

Alhamdulillah! Nomorku muncul sampai akhir seleksi, aku langsung sujud syukur dan ngasih tau orang tuaku. Rasanya bener-bener lega karena aku bisa ngabarin berita baik ini ke orang-orang yang sudah mau ngorbanin tenaga dan waktunya untukku selama seleksi ini. Tahun ini yang lolos lumayan banyak, bahkan semua peserta kosen dan senshu yang lolos wawancara lolos semua di final screening.

  1. Gakubu: 12 orang
  2. Kosen: 18 orang
  3. Senshu: 16 orang

Aku langsung kirim e-mail konfirmasi ke kedutaan kalo aku akan ambil beasiswanya. Sekarang, aku masih nungguin pengumuman sekolah bahasa yang katanya bakal diumumin Januari.

Okee sampai di sini dulu tulisanku kali ini, semoga bermanfaat!